Home > Product > Jangan Kalah Narsis di Youtube

Jangan Kalah Narsis di Youtube


Penulis Yudho Yudha Yudhanto dan Fendi Aji Purnomo
Penerbit Khazanah Intelektual (ISBN : 9793838523)

Baru 1 hari diupload (13/4/2013), video terbaru PSY dengan Gentleman nya telah dilihat 22 juta dan saat ini ditulis sudah mencapai 185juta. Video penyanyi “baru” Fatin juga telah mencapai 2,6jt lebih. Kalaulah dibuat konser di stadion GBK dengan kapasitas 100rb maka video tersebut setara dilihat dengan pemirsa di 25 stadiun..Wow! amazing bukan? Itulah kehebatan YouTube!! Sebuah situs yang saat ini disasar untuk menjadi ajang Narsis diri, Marketing Bisnis, Pendidikan dan Hiburan (entertaint). Apakah anda hanya ingin jadi penikmat pemirsa saja?? Kenapa tidak kita gunakan juga untuk ajang kita juga?

Entah pada dasarnya manusia zaman sekarang itu suka narsis atau kecanggihan teknologi-lah yang membuat mereka narsis. Yang jelas, kegemaran narsis orang-orang di abad teknologi ini kian menjadi seiring booming-nya situs-situs jejaring sosial. Bahkan, boleh jadi ada sebagian orang yang lebih eksis di jejaring sosial daripada di kehidupan sosial nyata. Kita bisa menemui beberapa orang yang aktif meng-up-date status di jejaring sosial, sementara di kehidupan sosial nyata, yang bersangkutan lebih cenderung pasif. Kita juga kerap menemui orang-orang yang lebih nyaman berkomentar atau berkirim kabar melalui jejaring sosial, sementara di kehidupan nyata, yang bersangkutan terlihat seperti orang yang anti sosial. Tentu saja, semua postingan di jejaring sosial tersebut berisi hal-hal yang bersifal self-centered atau narsis itu tadi.

Tentu kita semua sudah akrab dengan beberapa situasi berikut ini. Ketika tengah makan bersama di salah sebuah restoran, salah seorang (atau mungkin juga lebih) di antara grup tersebut sibuk memotret (dengan kamera handphone-nya) makanan yang baru dihidangkan waiter untuk kemudian di-up-load di jejaring sosial. Ketika baru tiba di sebuah tempat (yang bahkan bukan tempat wisata), sebagian orang sibuk meng-up-date lokasi keberadaannya di jejaring sosial untuk kemudian di-tag ke teman-teman jejaring sosialnya. Ada juga yang meng-up-load video ketika sedang melakukan berbagai kegiatan “sepele” agar teman-temannya di jejaring sosial tahu bahwa dia memiliki kegiatan.

Secara pribadi, pada awalnya saya merasa terganggu dan terusik. Tetapi, saya tidak bisa melarang, meski tentu saja tetap nyinyir di belakang yang bersangkutan, karena toh ini negara merdeka yang setiap warganya bebas berekspresi. Lagi pula, bukan salah mereka juga karena telah mengidap “kadar” narsis yang sedemikian rupa. Bebas bebas saja.

Ya, narsis sepertinya sudah menjadi semacam kebutuhan. Belum lengkap rasanya kalau kita tengah mengerjakan sesuatu atau tengah berada di suatu tempat tertentu tanpa mengabarkan, memfoto, atau memvideokan hal tersebut. Kalau postingan, baik berupa tulisan, foto, atau video, tersebut mendapat banyak respon, tentu si empunya posting makin bangga. Itu tandanya, eksistensinya di jejaring sosial makin diakui.

Pertanyaannya, berapa banyak postingan berupa tulisan, foto, atau video yang dibuat orang dalam satu hari di negeri ini? Jawabannya adalah ribuan atau bahkan ratusan ribu. Masalah muncul ketika kemudian Anda ingin video narsis Anda mendapatkan banyak berhatian. Kalau sudah begini, mengunggak video yang biasa tentu bukan lagi menjadi polihan. Anda harus mengetahui ilmu untuk mengukuhkan eksistensi video yang Anda unggah tersebut.

Terbitnya buku ini menjadi semacam bahan bakar untuk memaksimalkan hasrat narsis Anda. Berbekal buku ini, Anda akan mengetahui beberapa tips dan trick bermanfaat agar video narsis Anda semakin dilirik. Tentu saja, pada akhirnya kreativitas Anda-lah yang akan menentukan eksistensi video narsis yang Anda unggah. Kalau narsis di jejarong sosial membuat beberapa orang eksis menjadi selebritas, mengapa Anda tidak melakukannya?

Jadi, teruslah eksis wahai generasi narsis!